INDONESIA PENGKHIANAT JIKA TERIMA TIM U-20 ISRAEL

(20/03/2023) PKAD telah mengadakan diskusi dengan tema “Ironis! Tragedi Sepak Bola Kanjuruhan Dan Kedatangan Tim Sepakbola Israel !” Adapun narasumber yang dihadirkan adalah Dr. Dhimam Abror Djuraid yang merupakan mantan Ketua PSSI Jawa Timur, Dr. Muhammad Taufiq, S.H., M.H., dan Chandra Purna Irawan, S.H., M.H serta host yaitu Slamet Sugianto. Namun sayangnya hanya 2 (dua) narasumber yang dapat hadir.

(Chandra Purna Irawan, S.H., M.H. ketika menyampaikan perspektifnya)

Chandra Purna Irawan, S.H., M.H., sebagai narasumber pertama memberikan pendapatnya bahwasannya terkait dengan kedatangan Tim Sepak Bola Israel ke Indonesia mesti kita tolak, karena Israel adalah perampok dan bukan penjajah. Dan apabila kedatangan Tim Israel tetap diterima, maka menurut Chandra Purna Irawan patut dipertanyakan kedudukan Indonesia sebagai negara.

“Yang jadi pertanyaannya dimana kedaulatan, dimana wibawa negara, dimana apa istilahnya negaralah begitu ya, masa kalah sama organisasi. Diatur-atur.” Tutur Chandra Purna Irawan

Menurut Chandra, S.H., M.H., jika alasannya regulasi FIFA maka sudah semestinya organisasi yang mengikuti aturan main di negara itu.

Chandra menambahkan “Kalo negaranya tunduk pada aturan FIFA, pertanyaannya adalah berarti kedudukan negara lebih rendah dibandingkan FIFA.”

Terkait dengan tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Oktober 2022 silam, dalam perspektif Chandra, S.H., M.H., menyatakan bahwa tragedi Kanjuruhan ini tidak harus dibawa ke Pengadilan HAM dan justru akan lebih panjang prosesnya. Karena untuk diseret ke Pengadilan HAM tidak semudah ke Pengadilan biasa.

Chandra Purna Irawan, S.H., M.H., menyampaikan bahwa harus dilihat dulu apa yang menjadi penyebab tewasnya para penonton. Oleh karenanya logika hukum harus dibangun secara runtut.

Chandra menambahkan, “Mau dibawa kemanapun, mau dibawa ke Pengadilan HAM pun pertanyaannya apakah keadilan akan terwujud.”

“Saya kira putusnya pengadilan kemarin itu, akan menambah daftar panjang ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum. Dari mulai kasus KM50, kasus dan seterusnya termasuk Kanjuruhan.” Jelasnya

Tidak berhenti sampai situ, diskusi kemudian dilanjutkan dengan perspektif dari narasumber yang kedua yang tidak kalah hebat yaitu Dr. Muhammad Taufiq, S.H., M.H.

Terkait dengan problematika-problematika yang menyeruak ke permukaan, Dr. Taufiq, M.H., menyebutkan ini menandakan bahwa birokrasi kita sudah bobrok. Sebagai buktinya yaitu tidak konsistennya Pemerintah dan negara ini lebih mementingkan yang berurusan dengan pencitraan.

(Dr. Muhammad Taufiq, S.H., M.H., ketika diskusi berlangsung)

Dr. Taufiq menyebutkan bahwa “Ketika kita menerima Israel sama artinya, satu kita tidak menghormati konstitusi, yang kedua kita mengkhianati founding fathers.” Ujarnya

Dalam perspektifnya jika kita menerima kedatangan Tim Israel maka termasuk dalam perbuatan yang wasting time, wasting money dan yang pasti melukai perasaan dunia Arab khususnya lagi Palestina.

Sebagaimana dikutip dari ucapan Dr. M. Taufiq yang tegas, “Sekali lagi tidak ada tempat bagi mereka, bagi mereka yang melanggar HAM, tidak ada tempat bagi mereka yang masih mempraktekkan politik apartheid, politik warna kulit. Dan tidak ada tempat bagi mereka yang tiap hari melakukan pembunuhan, penjajahan.”

Tidak tanggung-tanggung, Dr. Taufiq bahkan menyebut jika Hakim yang memutus dalam perkara Kanjuruhan ini tidak paham Ketuhanan Yang Maha Esa.

“Tapi saya meyakini hakim yang memutus perkara Kanjuruhan sama sekali tidak paham Ketuhanan Yang Maha Esa.” Tegasnya

Dalam statement terakhirnya, Dr. Taufiq, S.H., M.H., yang juga Presiden Asosiasi Hukum Pidana Indonesia terkait dengan tema kali ini yaitu yang pertama peristiwa hilangnya nyawa seseorang tidak bisa dainggap sepele apalagi itu ratusan nyawa.

“Saya melihat dalam proses ini, hukum berjalan tidak sebagaimana mestinya. Hukum tidak berjalan pada rel dimana keadilan berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Yang kedua adalah hakim yang menangani perkara ini tidak termasuk hakim yang cerdas, karena hakim yang baik itu dia cerdas, jujur dan berani. Hakim ini tidak memiliki ketiganya oleh karena itu tidak layak jadi hakim.

Dr. Taufiq juga menyatakan, menyangkut kehadiran Tim Sepakbola Israel harus ditolak sekeras-kerasnya. Dan semua masyarakat Indonesia yang masih merasa dirinya manusia Indonesia lakukanlah aksi.

Tinggalkan Komentar