Disetrap.com – Beredar video Ade Armando, dosen Universitas Indonesia memberikan kritik terhadap umat Islam. Dalam cuplikan video tersebut, Ade menyebutkan bahwa dunia Islam itu parah, penuh konflik, cekcok, bodoh, berantakan, ilmu pengetahuan tertinggal, teknologinya bergantung kepada Barat, miskin, tidak menghargai HAM, dan seterusnya.
Berikut adalah transkrip yang berhasil Redaksi himpun:
Banyak orang bertanya pada saya kenapa sih saya itu sering mengkritik cara beragana orang-orang Islam.
Jawaban saya sederhana. Alasan utama saya mengkritik orang -orang Islam adalah karena saya tidak ingin umat Islam terus terbelakang, tertinggal dan terpuruk.
Jujur nih, dunia Islam itu parah, penuh konflik, cekcok, bodoh, berantakan, ilmu pengetahuan tertinggal, teknologinya bergabtung kepada Barat, miskin, tidak menghargai HAM, dan seterusnya.
Pokoknya parah, parah.
Kalaulah ada negara yang kaya, memang ditakdirkan Tuhan punya sumber daya alam gratis seperti minyak. Tapi minyak yang mereka miliki suatu saat habis. Dan, mereka akan kembali mengulang cerita-cerita serupa dengan negara-negara Islam lainnya: tertinggal.
Bagi saya umat Islam terbelakang dan keterbelakangan umat Islam itu terjadi karena, menurut saya, kesalahan cara berpikir banyak umat Islam.
Pernyataan yang dilontarkan Ade menarik perhatian Pakar Hukum Pidana Universitas Djuanda Bogor, Dr. Muhammad Taufiq, S.H., M.H., yang menilai pernyataan Ade Armando ngawur dan tanpa literasi.
Taufiq menjelaskan bahwa negara-negara Islam awalnya kaya dan damai, karena mereka melimpah sumber daya mineral juga biota laut. Kondisi ini dinilai barat sangat berbahaya, sebab selama ini barat bergantung pada minyak arab atau negara -negara Islam.
“Kondisi ini tak bisa didiamkan mulailah mereka jualan isu teroris, radikal dan dibentuklah hantu-hantu serta tokoh-tokoh teroris radikal ada Osama Bin Laden Al-Baghdadi. Organisasi ISIS, Islam Kurdi Taliban dan lain-lain. Jualan itu ditangkap rival politisi di negara-negara itu munculah konflik dagangan mereka dimakan lahirlah perdagangan baru senjata dan jasa perlindungan,” ungkapnya.
Taufiq menilai Ade Armando bebas mengkritik umat Islam karena negara melakukan praktek disparitas pidana atau perbedaan perlakuan dalam menangani perkara pidana.
“Kondisi ini diamini secara global oleh organisasi dunia seperti PBB yang 80% dibiayai oleh USA. Jika Ade Armando selalu bebas karena negara (baca: polisi) melakukan praktek disparitas pidana atau perbedaan perlakuan dalam menangani perkara pidana. Dari awal polisi tidak netral, pendukung Jokowi selalu bebas menghina, mencela bahkan, adu domba. Sebaliknya sekecil apapun penentang Jokowi melakukan kritik selalu dicari pasal-pasal pidananya untuk membungkam. UU ITE menjelma menjadi UU ANTI SUBVERSIF dan itu cuma berlaku bagi pendukung Jokowi,” ungkap Taufiq lebih jauh.