DISETRAP

Pusat Informasi Hukum

Memperingati Satu Tahun Jokowi Lengser

Surakarta, 21 Oktober 2025 – Diskusi santai di shelter kuliner sebelah barat Pengadilan Negeri Surakarta, Tim AKUWI menggelar acara diskusi yang membahas satu tahun lengsernya mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan kritik pedas terhadap warisan politik, ekonomi, dan keamanan yang ditinggalkannya. diskusi tersebut ditayangkan Live di channel youtube Akal Waras. Dr. Taufiq, Andhika dkk selaku kuasa hukum Tim AKUWI, serta Taufan Hakim dan Bangun Sutoto selaku penggugat, memiliki tiga isu utama yang jadi sorotan: warisan utang dari proyek-proyek besar, pelemahan institusi kepolisian, dan kemerosotan etika politik.

dalam diskusi tentunya menyoroti proyek-proyek monumental era Jokowi, seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), jalan tol, dan program whoosh, yang disebut menyisakan utang besar dan berdampak buruk pada ekonomi. “Ekonomi hancur, merosot. IKN yang awalnya diklaim tidak menggunakan APBN justru menyedot anggaran negara,” ujar Dr. Taufiq. Kritik juga ditujukan pada kerusakan lingkungan akibat proyek-proyek tersebut, seperti pembabatan hutan adat di IKN, Raja Ampat, dan Karimun Jawa. “Seorang lulusan kehutanan seharusnya melestarikan hutan, bukan mewariskan kehutangan,” sindirnya.

Isu kedua yang diangkat adalah dugaan politisasi kepolisian di era Jokowi. Menurut Dr. Taufiq, kepolisian yang seharusnya profesional justru menjadi alat kekuasaan. “Meritokrasi tidak berlaku. Jabatan diisi bukan berdasarkan kompetensi, melainkan kedekatan dengan kekuasaan,” tegasnya. Mereka berharap kepolisian di bawah kepemimpinan baru dapat kembali ke jalur profesionalisme dan berpihak pada keadilan.

Kritik ketiga menyoroti kemerosotan etika politik, di mana kekuasaan diraih tanpa mempedulikan cara yang etis. “Hari ini, partai bisa digulingkan, orang baru bergabung langsung jadi ketua umum. Tidak ada lagi malu dalam politik,” ungkap Andhika. Mereka juga menyinggung dugaan cawe-cawe Jokowi dan keluarganya, termasuk putranya, Gibran Rakabuming Raka, dalam dinamika politik. “Gibran sebaiknya urus goodie bag saja, seperti sebelum jadi wakil wali kota,” sindirnya.

Diskusi ini juga menyinggung soal gugatan Tim AKUWI yang diajukan oleh Penggugat atasnama Taufan alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, dan Bangun Sutoto di Pengadilan Negeri Surakarta. Gugatan ini disebut sebagai “citizen lawsuit” yang menuntut Jokowi untuk menunjukkan keabsahan ijazahnya. “Cukup tunjukkan ijazah asli, perkara selesai. Kenapa susah?” ujar Taufan, yang menegaskan keabsahan ijazahnya sendiri sebagai alumni UGM.

Acara ini turut menyinggung proyek kereta cepat (Whoosh) yang dianggap lebih menguntungkan pihak asing ketimbang Indonesia, serta berbagai kebijakan yang dianggap melemahkan sistem hukum dan pemilu. Diskusi ini juga mengecam pendukung Jokowi yang masih membela warisan mantan presiden tersebut, dengan nada satir menyebut mereka tidak memahami kompleksitas APBN atau kerugian proyek-proyek besar.

Diskusi ini ditutup dengan seruan untuk terus mengkritik warisan Jokowi dan keluarganya, serta ajakan kepada masyarakat untuk bergabung dalam gerakan “Akal Waras” yang mengusung semangat cerdas, jernih, jujur, dan pemberani.

Tinggalkan Komentar