
Semarang, 26 Oktober 2025 – Di tengah keramaian Taman Indonesia Kaya, Simpang Lima Semarang – tepat di sebelah kiri kantor Gubernur Jawa Tengah yang dipimpin M. Luthfi, yang dikenal seperti pelawak – Dr. Taufiq dalam saluran youtubenya Akal Waras Channel menyampaikan kritik tajam melalui video viral. Ia menyoroti praktik penulisan “Rumah Orang Miskin” di rumah penerima bantuan sosial (bansos) di Bengkulu, menyebutnya sebagai cara primitif yang memalukan dan seharusnya diganti dengan penandaan serupa untuk rumah koruptor.
Dr. Muhammad Taufiq, S.H., M.H. , yang sedang berada di taman tersebut, mengawali sorotannya dengan video kiriman dari Bengkulu. “Rumah-rumah penerima bansos ditulisi ‘Rumah Orang Miskin’. Memang negara ini susah mengidentifikasi dan memvalidasi penerima bansos, sampai harus begitunya,” ujarnya, menyinggung ketidakberfungsian Badan Pusat Statistik (BPS) serta pemerintah provinsi, kota, dan kabupaten yang tidak memiliki data akurat.
Ia membandingkan dengan praktik lama, seperti gas elpiji 3 kg (gas melon) yang dulu ditulisi untuk orang miskin. “Kenapa harus primitif? Untuk bansos Rp300 ribu saja, rumahnya ditulisi orang miskin. Ini tugas negara berdasarkan Pasal 34 UUD 1945: fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara. Tapi ini bukan pemeliharaan, ini hukuman,” tegasnya.
Menurutnya, penulisan tersebut menciptakan beban sosial dan moral. “Secara sosial dianggap miskin, secara moral layak disantuni. Seharusnya dicek pendapatan, pekerjaan, bukan ditulisi begitu. Hukum itu memudahkan, kalau menyulitkan namanya hukuman,” katanya, mencontohkan seseorang yang rumahnya warisan tapi sedang menganggur atau turun kelas ekonomi.
Ia pun melontarkan usul kontroversial untuk keadilan: “Rumah koruptor ditulisi ‘Rumah Hasil Korupsi’ atau ‘Rumah Maling’. Mobilnya ‘Mobil Hasil Maling’. Biar fair, asas legalitas berlaku. Koruptor punya rumah mewah, mobil banyak, gaya hidup hedon – berani nggak? Pasti rame, dibela pengacara hebat.”
Dr. Taufiq juga mempertanyakan standar kemiskinan menurut BPS: “Apa standar miskin? Pendapatan berapa? Bekerja tapi tak mencukupi, atau tak bekerja? Jangan aneh, baru Rp300 ribu sudah seperti beri berlian.” Ia menyalahkan distributor bansos yang salah sasaran, seperti artis Rafi Ahmad yang pakai gas melon. “Buat kebijakan memudahkan, bukan menyulitkan. Yang salah petugasnya, bukan penerima.”
Tinggalkan Komentar