Pakar Pidana Dr. Muhammad Taufiq sebut: Polisi Bukan Underbow Ormas

Disetiap.com – Pembubaran acara Silaturahim Dan Halal Bihalal PPKN Bersama Ikatan Alumni GP Ansor Jawa Timur di parkir barat Museum NU oleh oknum yang mengaku dari GP Ansor Surabaya dimungkinkan berbuntut.

Atas kejadian itu, panitia berencana akan melanjutkan dengan pelaporan adanya perusakan dan perampasan atribut acara dan pakaian doreng yang dikenakan oleh panitia dan tamu yang datang.

“Ini tidak bisa dibiarkan, saya dulu pengurus ANSOR sebelum mungkin Gus Yaqudz masuk Ansor. Apa tidak boleh dan dilarang undang – undang kalau saya mengadakan silaturahim dan membentuk Ikatan Keluarga Alumni Ansor. Kalau saya sebagai mantan pengurus ANSOR salah karena membentuk Ikatan Keluarga Alumni Ansor silahkan gugat apabila perlu laporkan, jangan main hakim, tunjukkan kwalitas kalian, jangan tunjukkan okol. Yang cerdas supaya dilihat khalayak kwalitas kalian. Membubarkan, mempersekusi, main rampas, bukan kwalitas Banser era kami. Kalau sudah begini sangar mungkin terpaksa saya akan tempuh jalur hukum” ujar Said Sutomo Ketua Panitia.

Beberapa tamu yang datang salah satunya Tjetjep Mohammad Yasien yang akrab disapa dengan nama panggilan Gus Yasien menyampaikan kekecewaannya atas kinerja aparat Kepolisian khusus Polsek Gayungsari.

“Saya ini sebetulnya diacara ini undangan namun terpaksa harus turun memberi pengamanan dan meredakan situasi karena Polisi yang kata panitia sudah diberitahu tidak ada yang menjaga dengan menjalankan fungsi tupoksi sebagai Kamtibmas. Kalau sudah diberitahu harusnya Polisi menjaga apalagi saya yakin Polisi yang mana kantor Polsek tidak lebih dari 2 kilo meter juga dengan Polda Jatim yang berjarak tidak lebih dari 5 kilo meter tahu adanya situasi yang berpotensi menimbulkan chaos atau benturan,” ungkap Gus Yasien.

Fakta tidak adanya pengamanan dari Polisi ini sejujurnya tidak bisa saya nalar, lanjut Gus Yasien, saya tidak bisa mengerti kok bisanya Polisi tidak ada sebagai fungsi Kamtibmas ketika ada kegiatan yang sangat mungkin menimbulkan chaos, padahal dari Satpol PP sebelum acara berlangsung bahkan dari pagi sudah banyak yang datang.

“Kaget lagi ketika saya tanya kepada Kapolsek Gayungsari yang datang setelah situasi kondusif kenapa tidak ada polisi yang memberi pengamanan, jawabnya karena acara tidak mendapat ijin. Ini jawaban ngawur dan tidak profesional dihadapan orang banyak, memangnya kalau ada kegiatan tidak mendapat ijin Polisi tidak memberi pengamanan dan dibiarkan chaos?” ujar Gus Yasien jengkel.

Sebelum acara dimulai Gus Yasien mengaku sempat ngomong – ngomong dengan anggota Intel yang mengaku dari Polrestabes Surabaya. Dia pikir ada pengamanan dari Polisi sebagai fungsi Kamtibmas. Oleh karena itu dia mengaku sangat kaget saat tengah mendengarkan sambutan Ketua DPD RI, masuk serombongan oknum Banser yang setelahnya mengaku dari Banser Surabaya.

“Dengan suara keras, dengan brutal membubarkan dan mempersekusi panitia dan tamu bahkan melakukan perampasan atribut acara juga melakukan perampasan jaket doreng milik panitia dan tamu yang hadir. Tergerak kondisi, terpaksa saya yang meskipun tamu undangan spontan turun mengamankan situasi, panitia dan tamu undangan dari mantan Ansor yang datang dari luar daerah yang jumlahnya lebih dari seratus orang” papar Gus Yasien.

Lebih aneh lagi, kata Gus Yasien, ia juga tidak melihat Intel dari Polrestabes Surabaya yang sebelum acara dimulai berada di lokasi. Namun justru saat terjadi kerusuhan, tidak diketahui diamana anggota Intel itu berada.

“Payah banget Polisi. Alhamdulillah beruntung walau sedemikian brutal Banser mempersekusi dan merampas atribut panitia dan alumni Ansor, namun saya lihat tidak ada yang membalas, karena ketika ada rombongan Banser masuk dengan gelagat tidak baik spontan saya mengatakan kepada panitia dan tamu untuk tidak membalas” lanjut Gus Yasien.

“Alhamdulillah diikuti. Seandainya ada yang melawan sangat mungkin ada korban dan mungkin juga saya terpaksa ikut melawan. Maaf saja walaupun begini saya pemegang sabuk hitam yang InsyaaAllah setidaknya Rabo, Sabtu dan Minggu masih aktif melatih dan ikut berlatih untuk jaga kebugaran” ungkapnya.

Gus Yasien menambahkan, berdasar informasi acara tersebut dihadiri oleh sekitar 100 lebih mantan Ansor dari seluruh wilayah Jawa Timur. Ada Kyai dan Ustadznya, sangat disayangkan polisi tidak melakukan pengamanan. “Kok bisa begitu ya Polisi?” kata Gus Yasien pendek.

Lebih kaget lagi ketika Ketua Panitia yang dipersekusi, dan juga dirampas jaket dorengnya, sampai hapenya yang di jaket doreng dan dirampas diduga ikut terampas sehingga hilang, menyampaikan kalau Polisi sudah diberitahu dan Polisi sudah mengetahui adanya potensi

Menurut pakar pidana dari Unissula Dr.Muhammad Taufiq.SH MH. “Acara Cak Anam itu sah dan legal, tidak ada alasan untuk melarang apalagi membubarkan. Rasanya itu tidak sopan dan jelas melanggar etika baik adab sebagai nahdiyin maupun hukum. Semua orang tahu Cak Anam itu tokoh NU dan orang dekat Gus Dur. Taufiq heran polisi terkesan membiarkan aksi hujat dan anarkisme itu padahal acara itu resmi ada pemberitahuan.

“Sesuai UU NO.9 / 98 begitu menerima pemberitahuan dari penyelenggara atau panitia kewajiban polisi ada 3 mengawal, menjaga dan melindungi kegiatan itu. Bukan membiarkan dan malah menghilang dari tanggung jawab,” sesal Taufiq
Pada bagian akhir Taufiq yang juga Presiden Asosiasi Ahli Pidana Indonesia itu membenarkan langkah Cak Anam “Saya dukung langkah Cak Anam lapor ke Kapolri. Jangan ada polisi swasta atau kelompok yang bekerja seolah aparatur negara. Itu tidak boleh“ kata penulis buku Densus dan Terorisme Negara itu menutup perbincangan.

Tinggalkan Komentar