
Disetrap.com- Logo halal baru yang dirancang oleh Kementerian Agama ( Kemenag ) menyerupai bentuk gunungan wayang dan motif surjan. Logo halal bentuk gunungan wayang itu diklaim merepresentasikan karakter halal Indonesia. Kepala badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag, Aqil Irham menyatakan alasan logo halal diganti jadi motif gunungan wayang, karena bentuk dan corak yang digunakan merupakan artefak-artefak budaya, yang memiliki ciri khas yang unik, berkarakter kuat dan merepresentasikan Halal Indonesia..
Perubahan logo Halal ini akhirnya menjadi polemik di masyarakat, karena dianggap logo halal yang sekarang ini terkesan tidak jelas dan kurang bisa dipahami oleh orang awam. Kritik tidak hanya datang dari masyarakat saja, Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas juga menyayangkan logo halal besutan Kemenag tersebut, pertama, karena logo halal tersebut tidak menyematkan kata “MUI” dan dianggap lebih mengedepankan seni dibandingkan kata halal berbahasa Arab. Pergantian logo halal ini juga nampaknya akibat pemindahan otoritas sertifikasi halal di mana sebelumnya logo halal merupakan kewenangan dari MUI ( Majelis Ulama Indonesia) dan sekarang logo halal tersebut menjadi kewenangan dari Kemenag yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag Adapun statement dari Dosen Sastra Arab UI dengan nama akun twitter @muhammadzulifan, ditegaskan bahwa model penulisan kufi seperti ini kurang tepat, karena yang terbaca bukan Halal, padahal logo halal bertujuan untuk identifikasi produk halal, sehingga seharusnya logo halal tidak hanya mementingkan dari segi artistik, namun juga harus mudah untuk dipahami khalayak umum .
Foto : Logo halal baru terlihat seperti gunungan wayang yang merupakan budaya Jawa. Foto : Dr. Muhammad Taufiq SH MH menilai logo halal yang baru memiliki makna multitafsir karena menggambarkan gunungan yang kental akan budaya Jawa.
Pada bagian lain, Presiden Asosiasi Ahli Pidana Indonesia Dr. Muhammad Taufiq menyampaikan “Itu tidak arif dan jauh dari kata bijak, dan memecah belah persatuan. Indonesia terdiri dari 718 Bahasa Daerah dan 1.340 Suku Bangsa. Kesannya menghindari Arab tapi malah menggunakan budaya Jawa”. Doktor Pidana Alumni UNS itu menilai, filosofi halal itu susah dimengerti “ Halal memang Bahasa Arab, Bahasa Al Quran, tidak bisa digambarkan, gunungan-gunungan itu kental budaya Jawa. Sudahlah, kembalikan seperti semula, jangan multitafsir, jangan mengakali budaya jawa dalam situasi sensitif ” pinta Taufiq. “Bikin Logo Minyak murah lebih faedah” imbuhnya.