Disetrap.com – Persidangan dugaan Tindak Pidana Korupsi pada kasus pembangunan Stadion Sultan Agung (SSA), Kabupaten Bantul yang melinatkan terdakwa BNE kembali digelar (Kamis, 27/07/23). Persidangan yang dipimpin oleh Majelis Hakim Ketua, Mujiono, S.H., M.H, serta Hakim Anggota, Tri Asnuri Herkutantu, S.H., M.H., dan Binsar Pantas Parmonangan Sihaloho, S.H., beranggendakan membacakan keterangan dari 6 (enam) orang saksi.
Dr. Muhammad Taufiq, S.H., M.H., yang merupakan penasihat hukum BNE, melihat adanya kejanggalan yang terjadi dalam kasus ini. Tiara Pujangga, yang merupakan salah satu saksi menyatakan bahwa penggunaan anggaran tersebut semuanya untuk kepentingan kantor dan tidak ada yang dinikmati oleh terdakwa secara pribadi.
Bahkan apa yang disebutkan oleh Tiara diperkuat juga dengan pernyataan saksi lainnya, yang mana tidak satupun dari mereka menyatakan bahwa ada uang yang digunakan untuk kepentingan pribadi terdakwa.
Tidak hanya itu, dalam persidangan tersebut terungkap sejumlah uang, sebesar 24 juta rupiah, ternyata milik orang lain. Sementara itu, Jaksa dalam dakwaan sebelumnya menyebutkan jumlah uang sebesar 170 juta rupiah.
“Sehingga dimungkinkan angka kerugiannya juga tidak seperti itu. Selain itu, yang paling menarik yaitu hakim menegaskan bahwa jika terjadi acak-adakan seperti ini, ini bukan hanya di institusi Dispora Kabupaten Bantul saja. Jangan seperti ini, yang namanya korupsi semua harus diberantas,” tandas Dr. Taufiq
Sebagaimana diketahui, BNE diduga melakukan korupsi berdasarkan tanda tangan. Namun yang menarik, Dr. Taufiq dalam persidangan kemarin menyebutkan, bahwa ada satu anggaran yang ternyata telah cair, tetapi tidak memiliki tanda tangan dari BNE.
“Artinya, peran klien saya dalam melakukan tanda tangan atau tidak menjadi tidak penting. Karena kliennya merupakan bukan penentu dalam proses pencairan, khususnya tentang perawatan SSA,” ucapnya.