Cerita Lucu Gus Dur di kejar-kejar polisi.

foto: Gus Dur

Di akhir era Orde Baru, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur diundang untuk menjadi pembicara di salah satu kampus di Jember, Jawa Timur.

Saat itu, para cendekiawan yang kritis dilarang bicara, termasuk Gus Dur. Sejumlah aparat keamanan dikerahkan untuk menjaga ketat acara itu. Maklum, Gus Dur telah menjadi ikon gerakan pro-demokrasi.

Meski dikawal aparat kepolisian, acara tetap berlangsung. Gus Dur berceramah di depan banyak aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Usai berceramah di jember, Gus Dur pun langsung naik ke dalam mobil dan menuju Surabaya. Di perjalanan, mobil yang dinaiki Gus Dur dibuntuti dua motor gede putih milik Polri, walaupun tidak membunyikan sirine.

Gus Dur pun meminta agar sopirnya mempercepat laju kendaraan. Mobil yang dinaiki Gus Dur pun ngebut, namun, polisi yang membuntuti juga ikutan ngebut.

Dua motor polisi itu kemudian menyalip dan berhenti di tengah jalan. Sontak, sopir Gus Dur menginjak rem, karena khawatir terjadi kecelakaan kalau menabrak. Gus Dur kesal dan membuka kaca jendela mobil.

“Ada apa, kamu mengejar saya,” kata Gus Dur.

“Assalamua’alaikum Kyai…” kata salah satu polisi.

“Ya, Ini ada apa, kan saya sudah pergi. Sana pergi kalian,” kata Gus Dur mencoba mencegah agar dua polisi itu mendekat.

“Begini Kyai,” kata polisi sampai di kaca jendela mobil. Ketika itu sopir dan dua penumpang di dalam mobil itu sudah khawatir.

“”Begini Kyai, mohon maaf, saya tadi belum salaman sama njenengan, jadi terpaksa saya mengikuti kyai. Tolong kyai, saya ingin salaman,” kata dua polisi itu.

Keduanya pun salaman dan mencium tangan Gus Dur. Keduanya pun puas karena sukses bisa bersalaman dengan Gus Dur.

Cerita itu diceritakan oleh Muhammad AS Hikam, Kamis (18/6). Hikam mendengarkan kisah itu langsung dari Gus Dur dan cerita ‘Gus Dur dikejar-kejar polisi’ itu ditulis Hikam dalam buku berjudul Gus Dur Ku, Gus Dur Anda, Gus Dur Kita.

Menurut Hikam, dari cerita itu terselip pesan tentang memaknai humor Gus Dur.

“Itu saya ceritakan humor Gus Dur untuk kritik diri sendiri, untuk jangan parno. Karena polisi itu mengikuti bukan untuk menangkap,” kata dia.

Menurut dia, humor atau guyon adalah salah satu cara yang dilakukan Gus Dur untuk menyampaikan pesan, termasuk pesan yang berisi kritik.

“Bukan hanya (kritik) orang lain, kadang untuk kritik diri sendiri. Kemudian guyon kritik Habibie, Soeharto, memang caranya begitu supaya lebih akrab dan dipahami rakyat. Kalau kritiknya ilmuwan mbulet, susah dipahami. Kalau dengan guyon lebih gampang,” ucap dia.

Menteri Negara Riset dan Teknologi di era kepemimpinan Gus Dur ini mengatakan, selama mengenal sosok Gus Dur, ia sering mendengarkan Gus Dur berbicara dan diselingi dengan guyon.

Gus Dur, kata dia, adalah seseorang yang sangat berbakat hingga bisa menyelipkan kritik dalam guyonnya.

“Bukan satu dua hari, bahkan setiap hari pasti ada guyon. Gus Dur termasuk berbakat, maka guyonnya banyak,” ucap dia.

Mantan Juru Bicara Gus Dur, Yahya Cholil Staquf menjelaskan penyebab Gus Dur menyukai humor karena ia produk pesantren.

Di dunia pesantren kehidupan santri dan kiai selalu dihiasi dengan humor. Sehingga hal yang rumit bisa diselesaikan di pesantren dengan cara humor.

Senada dengan Hikam, ia mengatakan fungsi humor bagi Gus Dur itu antara lain sebagai kritik sosial, kritik kepada penguasa dan kritik diri sendiri. 

“Fungsi keduanya yaitu sebagai langkah diplomasi. Karena diplomasi yang diawali dengan humor membuat suasana jadi cair dan ngobrolnya lebih enak,”

Tinggalkan Komentar